Skip to main content

The Five Love Languages

Lagi pusing? Lagi mumet? Banyak kerjaan? Banyak deadline?
Mari kita bahas hal lain saja. 

Tertarik untuk membaca lebih lanjut setelah nggak sengaja membaca postingan Tipang tentang bahasa cinta. Karena setelah dirasa-rasa, ah benar juga ya saya begini, dia begitu. Karna mungkin bahasa cinta kami memang berbeda, dan selama ini belum pernah kami kulik bersama.

Selama ini kalo saya ya cuma mengandalkan sadar diri dan saling pengertian aja kalo inget, tapi lebih  seringnya saya yg rempong. Bingung kalo nggak dicari sehari, giliran yg dicari nggak nongol, uring-uringan bawaannya :( Tapi, selama saya masih bisa pendam emosinya, yasudah. Saat ini saya merasa berada di posisi yg lebih menguntungkan, merantau hanya dekat, pulang ke keluarga masih bisa.


Ya, sebenernya jijay markijay juga nulis masalah beginian yak, geli geli piye kalo kata orang California mah. Tapi menurut saya, masalah beginian nggak semata cuma berguna buat pasangan, tapi juga bisa buat teman, keluarga, atau rekan kerja mungkin. Jadi tau gitu  gimana membuat mereka enjoy. Lebih penting lagi malah, kita jadi tau gitu gimana mengenal bahasa cinta kita sendiri. Ya biar kita pun jadi lebih bisa menjelaskan kita.

Jadi, mari kita telaah lebih lanjut.


Berhubung saya bukan orang yang hobi-hobi banget membaca buku (iya kecuali kepepet), saya carilah itu tentang bahasa cinta di internet. Ternyata, Dr. Gary Chapman banyak  menulis tentang si bahasa cinta ini. Katanya ya, seringnya terjadi kesalahpahaman antar umat manusia dengan pasangannya ya karena adanya perbedaan cara orang mencintai dan merasa dicintai.

Menurut Chapman, ada 5 tipe (?) bahasa cinta yang dimiliki oleh orang. Kayaknya, dari 5 tersebut tu, nggak harus seorang hanya 1 tipe doang gitu. Tapi ada persentasenya. Jadi kelima bahasa tersebut adalah: (1) Words of affirmation, (2) Receive gifts, (3) Quality time, (4) Acts of service, dan (5) Physical touch.

Nah, oke penjelasannya lebih lanjut kita tulis lagi entar, kerja Nan kerja.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest