Skip to main content

Sebuah Catatan untuk Hari Bakti PU ke-75

Tulisan di bawah adalah naskah esai (ya anggap aja itu esai ya) yang saya buat saat berpartisipasi dalam Peringatan Hari Bakti Pekerjaan Umum ke-75 tahun 2020 lalu..
Ide dari tulisan ini berawal dari hal-hal yang terlintas di pikiran saya saat mengikuti kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada Bencana Gempa di Pulau Lombok tahun 2019. Selain itu, di akhir 2020, saya  sedikit membaca hal-hal terkait Disaster Risk Reduction and Management. Walaupun si pokok paragraf terombang-ambing cara penyampaiannya, semoga tulisan ini masih bisa dipahami yaa.


MEWUJUDKAN INFRASTRUKTUR YANG BERKELANJUTAN DAN TANGGUH,
SEBUAH AMANAH DARI NEGERI RAWAN BENCANA

Oleh: Anantri Sulistyowati

Bencana alam seakan sudah menjadi torehan cerita tersendiri dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia hingga saat ini. Jejak-jejak dahsyatnya bencana dari masa lalu, dapat ditemukan baik dalam bentuk catatan sejarah maupun berbekas pada kenampakan alam di Indonesia. Sebagai sebuah negara kepulauan yang berada di area Cincin Api Pasifik (ring of fire), bencana gunung meletus, gempa bumi vulkanik maupun tektonik akan berpotensi terjadi dalam kurun waktu tertentu. Selain itu, potensi kejadian bencana alam lain seperti banjir, tsunami, longsor, puting beliung, kebakaran, kekeringan atau banjir bandang akan menimbulkan kerugian mulai dari rusaknya pemukiman, sekolah, fasilitas kesehatan, jalan, jembatan, sungai, dan sudah tentu mengancam nyawa masyarakat. Tidak sedikit biaya yang akan diperlukan untuk melaksanakan pemulihan, terlebih lagi bila dikaitkan dengan pemulihan tatanan sosial, ekonomi, maupun psikologis. Mengutip dari International Disaster Database (2018) dalam Narasi RPJMN 2020-2024 (2020), kerugian finansial Indonesia akibat bencana alam dalam tenggang waktu 2002-2015 sudah mencapai 1,26 miliar USD per tahun. 

Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur dalam RPJMN 2020-2024

Pada Lampiran Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, peran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam Agenda Pembangunan terdapat pada Agenda 5: memperkuat infrastrukur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar; serta pada Agenda 6: membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim. Pada RPJMN juga disebutkan bahwa, pembangunan (infrastruktur) berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilakukan pada masa sekarang yang tidak akan menyebabkan kerugian terhadap generasi di masa mendatang, dengan tetap mengutamakan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Ketahanan kebencanaan infrastruktur dalam RPJMN ini juga selaras dengan tujuan ke sembilan yang termaktub dalam Sustainable Development Goals (SDGs), yakni pada tujuan pembangunan infrastruktur yang tangguh (resilience).

Peran kementerian PUPR yang searah dengan kebijakan RPJMN antara lain terdapat dalam 3 (tiga) hal. Pertama dalam hal pengembangan infrastruktur tangguh bencana dan penguatan infrastruktur vital, antara lain berupa prioritasi pelaksanaan peningkatan kualitas infrastruktur pada zona rawan (contoh: Lombok, Palu), penilaian dan peningkatan keamanan infrastruktur vital (jembatan dan bangunan) melalui retrofitting, penetapan inovasi dan standar bangunan tangguh bencana (penerapan teknologi RISHA dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi), serta pengembangan infrastruktur hijau/berkelanjutan (green water, green energy, green building, green waste dan green community). Hal kedua adalah dalam kegiatan pengelolaan terpadu kawasan rawan bencana, meliputi kombinasi pendekatan struktural dan non struktural (termasuk infrastruktur hijau) dalam program terintegrasi Pengelolaan Resiko Bencana (PRB) yang dilengkapi dengan sistem pemantau dan peringatan  dini bencana (banjir, longsor, tsunami, dll). Hal terakhir, dalam kegiatan restorasi dan konservasi daerah aliran sungai, peran PUPR meliputi program normalisasi dan peningkatan kapasitas aliran sungai.

Infrastruktur Tangguh dalam Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030

Terdapat 4 (empat) prioritas aksi yang disebutkan dalam Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030, antara lain: (i) memahami risiko bencana; (ii) penguatan tata kelola risiko; (iii) investasi Pengurangan Risiko Bencana untuk resiliensi; dan (iv) meningkatkan manajemen risiko. Aksi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan melalui kesiapsiagaan, tanggap bencana dan pemulihan, serta memiliki target pengurangan kerusakan pada infrastruktur kunci (vital).

Pada Kerangka Kerja Sendai yang diselenggarakan pada 2015 tersebut, ditekankan bahwa upaya PRB tidak hanya dilakukan untuk mengembalikan fungsi sosial seperti kondisi awal sebelum terjadi bencana tetapi juga mengatasi kerentanan sehingga masyarakat bisa lebih tangguh (resilien) menghadapi bencana serupa yang mungkin terjadi lagi di masa depan. Bisa dikatakan bahwa terjadinya sebuah bencana harus menjadi sebuah titik kritis untuk membangun dengan lebih baik lagi (“Build Back Better”).

Kerjasama Kementerian dan Lembaga dalam Pengurangan Risiko Bencana

Mengulas kembali kutipan penjelasan dari Narasi RPJMN 2020-2024, bahwa lebih dari 75% dari riwayat kejadian bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologis. Bencana ini antara lain disebabkan oleh kondisi iklim dan dinamika yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu Kementerian PUPR berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam rangka mewujudkan infrastruktur tangguh yang mampu merespon tantangan kebencanaan. Informasi klimatologi akan bermanfaat dalam mendukung sistem peringatan dini yang sesuai dengan arah kebijakan kedua Ketahanan Kebencanaan Infrastruktur dari RPJMN serta prioritas nomor empat dari Sendai Framework yang telah dijelaskan sebelumnya. Informasi tersebut juga akan membantu penyempurnaan dalam perencanaan infrastruktur, sehingga desain infrastruktur yang dihasilkan dapat beradaptasi dengan kemungkinan bencana yang akan terjadi.  

Dukungan PUPR terhadap Aspek Kebencanaan Non Alam

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 membuka sudut pandang baru tentang peran pembangunan infrastruktur terhadap bencana non alam. Secara langsung dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam pembangunan fasilitas kesehatan bagi masyarakat, seperti yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Covid-19 di Pulau Galang Batam ataupun peningkatan prasarana pada rumah sakit lain di berbagai daerah di Indonesia.

Pada webinar yang diadakan oleh Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) PUPR pertengahan tahun 2020 silam, disampaikan bahwa aspek kebencanaan non alam Covid-19 turut dilibatkan sebagai indikator dalam penyusunan perencanaan dan program di bidang PUPR. Sebagai contoh, penyesuaian standar pada infrastruktur perumahan seiring dengan kebijakan Work from Home (WFH) dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang menyebabkan kegiatan masyarakat akan lebih banyak dilakukan di rumah. Selain itu, skema relaksasi pembangunan juga mulai diterapkan, sehingga kegiatan pembangunan tertentu yang semula dilaksanakan satu tahun anggaran (single year projec) dapat ditangguhkan menjadi tahun jamak (multi years project).

Hal lain yang dilakukan PUPR terhadap upaya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui pembangunan infrastruktur tangguh bencana adalah adanya program padat karya tunai. Program ini secara tidak langsung akan melibatkan kelompok masyarakat yang rentan melalui kegiatan pembangunan berbasis masyarakat baik di bidang Sumber Daya Air (P3-TGAI), bidang Bina Marga (Pemeliharaan Jalan dan Jembatan), maupun bidang Cipta Karya (SANIMAS, PAMSIMAS, KOTAKU, dll).

Sebagai penutup, langkah pencegahan harus diutamakan dibandingkan dengan aspek rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Pengurangan risiko bencana akan berhasil dengan kepatuhan dalam mengurangi kerentanan (vulnerability) dan meningkatkan ketahanan (resilience). Bila sulit untuk mengatasi, maka buatlah infrastruktur yang bisa beradaptasi.

REFERENSI

  1. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
  2. The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030;
  3. Bahan Paparan Kepala BPIW pada Webinar Perencanaan Infrastruktur Berkelanjutan dalam Menghadapi Adaptasi Kebiasaan Baru (29 Juli, 2020)
Burem, karena cuma mencoplok dari Yutub, dan yang penting ada akunya.




Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest