Skip to main content

Scholar

Beberapa waktu yang lalu, suara sirine palang perlintasan trem yang ada di Matsuyama sering terngiang di kepala. Teringat gimana rasanya sendirian naik sepeda, kedinginan, belanja agak jauh demi bisa masak enak di dorm. Iya, saya ternyata tidak terlalu suka hidup sendiri di negeri yang jauh. Lemah.

---





Menjalanani kehidupan sebagai mahasiswa yang berkuliah di luar negeri, atau international student, memang tidak mudah. Katanya. Saya sih belum pernah, wkwk. Jangankan di luar negeri, luar Jogja pun belum pernah. I realized that they are either struglling academically, financially, or emotionally. Atau mungkin malah ketiganya secara bersamaan. Duh maap kalo sok tau.

Sadly, this week I heard a bad news from my dearest friend in Hokkaido. Honestly, I can''t say whether it is good or bad for her. Seperti yang sering saya baca dari pesan bijak yang bersliweran di lini masa. Ahelah, apasih. Jadi, akan selalu ada hikmah dan kebaikan yang bisa dipetik dari berbagai hal. Bisa jadi yang menurut manusia buruk, adalah baik di hadapan Allah, begitupun sebaliknya. Sepintas klise, tapi bener kok.

Keputusan final mengatakan bahwa beasiswa yang dia terima akhirnya akan diputus, terkait kehamilannya. Saya sendiri tidak tahu pasti tentang detail aturan tersebut, dan saya tidak berniat untuk kepo lebih lanjut. Pihak pemberi beasiswa akhirnya tidak meneruskan program, karena universitas pun tidak dapat mengeluarkan izin. Funny thing is, dia yang diputus beasiswanya, saya yg nangis pas di chat. Lebay-lebay nyebai minta dikeplak.

Seperti yang senseinya juga bilang. Dia masih muda. Masih bisa sekolah lagi ntar-ntar. Sekarang baiknya fokus ke kehamilan. Ya iya sih, tapi kan tapi kan. Hmmm. 

Akhirnya yang kami berdua lakukan adalah menyebutkan banyak hal baik yang bisa terjadi akibat keputusan itu. Mungkin saja, nanti disaat dia melanjutkan S3 lagi, dia akan lebih matang dan siap baik dari segi mental maupun keilmuwan. Setelah ini dia bisa kembali ke Indonesia. Akan lebih banyak keluarga dan teman di sini selama masa hamil, lahir dan merawat baby. Akhirnya bisa dengan gampang mendapat makanan apapun yang dia inginkan selama 6 bulan sebelumnya, wkwk. Bisa datang di wisuda saya. Bisa datang di nikahan dua sahabatnya juga. Bisa lanjut mengajar lagi. Banyak lagi yang lebih bisa disyukuri. Yha walaupun nanti harus memulai pencarian beasiswa dari awal lagi, mencicip satu semester di sana, sudah barang tentu pengalaman berharga juga. Nggak semua orang bisa dapat kesempatan begitu. Menuntut ilmu itu wajib. Tapi sekarang buah hati jauh lebih berharga. Ea ea ea.

Perjalanan hidupnya memang spesial. 

What I am thinking now is, I should save extra money from now, so I can buy a big bouquet full of roses  for this October graduation. Iya, buat saya sendiri. Wkwk. Ko cedih cyi.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest