Skip to main content

Fieldtrip to Kurushima-Kaikyo Bridge and Kawara Museum (Part I)

 

Walaupun seselo dan sepengangguran apapun, saya harus menghasilkan sesuatu setiap hari! Misalnya tulisan nostalgia macam begini.

Setelah kemarin saya menceritakan fieldtrip perdana dari Kampus Ehime ke kawasan Imabari (baca juga: Fieldtrip to Imabari). Kali ini saya akan bercerita tentang fieldtrip kedua yang lokasinya masih berada di sekitaran Prefektur Ehime. Tujuannya ada dua, yaitu Kurushima-Kaikyo Bridge dan Museum Kawara.

15 Oktober 2014

Part I: Kurushima-Kaikyo Bridge

Bis yang kami naiki pada fieldtrip kali ini berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan fieldtrip terdahulu. Karena pesertanya hanya kami, seorang sensei, Shigematsu-san (staff di lab saya), serta satu mahasiswa doktoral.
Shigematsu-san yang super duper baik dan lucu.

Sensei yang saya lupa namanya.
Pertama, kami tiba di kantor si company/kontraktor yang bertugas sebagai operator jembatan. Di sana, kami memperoleh sedikit penjelasan tentang si jembatan yang nanti akan kami datangi. Agak sulit juga menemukan penjelasan yang lengkap tentang si jembatan ini. Kurushima-Kaikyo Bridge ini menghubungkan Pulau Oshima dengan Shikoku, dan merupakan jembatan struktur suspensi yang selesai dibangun pada 1999. Jembatan ini juga merupakan salah satu bagian dari Shimanami Kaido atau yang bernama resmi Nishiseto Expressway. Shimanami Kaido merupakan expressway yang membentang dari Prefektur Hiroshima yang berada di Pulau Honshu sampai Prefektur Ehime yang berada di Pulau Shikoku (sumber). Nah kan, pusing kan buat paham.

Penampakan pilar/tower jembatan. Bagian yang akan kami naiki adalah pada balok yang paling atas.

Kami sering menyebut fieldtrip Part I ini sebagai fieldtrip yang menimbulkan kecemburuan sosial. Saat itu rombongan dibagi menjadi dua, Kasta Teknik Sipil dan Kasta selain Teknik Sipil. Wkwkwk. Kelompok tersebut dipecah seusai briefing di kantor tadi selesai. Kasta Sipil mendapat kesempatan untuk menaiki tower jembatan, sementara yang lain, saya kurang tau detailnya. Katanya sih, mereka akan diajak untuk berkeliling di sekitar jembatan.

Kasta Sipil terdiri atas rombongan anak teknik sipil UGM-ITB, sensei, serta salah satu mahasiswa doktor dari lab Mas Erik. Saat itu, kami disarankan untuk tidak membawa barang apapun untuk naik ke atas. Kami juga dibekali dengan rompi keselamatan, body harness, helm, serta sarung tangan. Kami hanya membawa perwakilan kamera dan juga ponsel masing-masing, sementara barang lain kami kami titipkan ke bis.

Kasta Teknik Sipil junjunganquw.
Dari kantor, kami menaiki dua mobil untuk menuju bagian bawah tower jembatan. Saya ingat saat itu kami keluar dari jalur jalan jembatan, lalu melewati jalan turunan yang berputar. Ternyata kami menuju ke bagian bawah/kaki pilar jembatan. Ini adalah salah satu struktur berukuran besar yang pernah saya kunjungi. Bagian bawah pilar/tower tersebut berada persis di pinggir air laut. Berasa berada di atas kapal.

Mobil sampai di kaki jembatan.

Box girder dilihat dari bawah jembatan.


Astriana, mudah dikenali dengan pose premannya.


Burem tapi yaudahlah.

Thanks Kak Alex, saya jadi punya foto mejeng.
Saat itu kami ditemani oleh bapak-bapak Jepang engineer jembatannya, sebut saja Pak DJS dan teman Pak DJS lupa berapa orang. Kami mendapat penjelasan tentang struktur bawah jembatan, bentang, dll, serta apa saja do's and don'ts bila kami nanti naik dan berada di atas tower. Bagian atas jembatan bisa dijangkau dengan menggunakan lift/elevator. Seingat saya, kami harus naik beberapa tangga dulu sebelum sampai di lantai lift. Lift yang tersedia pun ukurannya kecil, hanya muat untuk 3-4 orang, karena memang fungsi lift ini hanya untuk kegiatan maintenance. Sehingga saat itu, kami dibagi menjadi tiga rombongan naik.

Teman Pak DJS yang masih mas-mas, duh mas kok merem. 
Saat itu, saya hitung kami butuh waktu lebih dari 1 menit untuk bisa sampai di lantai teratas lift. Sayang sekali saya lupa, berapa persisnya tinggi tower tersebut. Bahkan di internet pun belum saya temukan gambar struktur lengkap dari jembatan ini. Ya apalah kalo cuma mengandalkan artikel di internet, Nan. Lalu, keluar dari lift, kami masih harus naik tangga lagi sekitar satu lantai. Lalu di atas space tersebut, terdapat pintu geser vertikal untuk bisa keluar, naik ke atas.

Voila! Pemandangan di atas sangat menakjubkan. Agak lebay, tapi memang begitulah keadaannya. Kapan lagi saya ada kesempatan naik ke tower jembatan yang begitu tinggi, di Jepang pula. Sepintas serasa berada di atas kapal, yang sangat tinggi. Langitnya begitu biru, walaupun cuaca panas anginnya tetap berasa begitu kencang. Pantas kami diperingatkan untuk meninggalkan barang. Kalau jatuh ke bawah repot cyin.

Jepretan profesyenel dengan jari menutupi kamera.


Jangan dicerca, muka asli memang begini.





Akhirnya wajah Pak DJS dari Jepang yang mirip Pak DJS muncul.

Saya dan Astriana diapit Pak DJS dan Ratna, mahasiswa doktoral dari Nepal, kayaknya sih.

Sebelah kanan adalah Kak Alex yang baik hati.


Salah satu hal terbaik yang dialami sepanjang hidup. Muahaha, lebay, tapi ya emang gitu.
Jembatan Kurushima-Kaikyo ini adalah jembatan pertama yang terdisi atas 3 jembatan dengan suspension  structures yang menerus (berurutan) dengan total panjang mencapai 4,105 meter. Dengan memiliki total 4 anchor dan 6 pilar, bentang terpanjang jembatan ini terdapat pada jembatan ketiga. Berbagai  informasi terkait jembatan ini dan jembatan lain yang masuk pada Honshu-Shikoku Bridge Expressway Project dapat dibaca pada laman ini.
Gambar potongan memanjang Jembatan Kurushima-Kaikyo (sumber).
Space tempat kami berada juga tidak begitu luas, sementara di ujung kanan dan kiri terdapat tangga dan pintu untuk naik lagi ke suatu ruangan yang menjadi akses untuk berjalan menuju pylon jembatan. Di atas kami mendapat banyak penjelasan tentang bagaimana akses dan proses maintenance jembatan biasa dilakukan. Salah satu pengalaman berharga yang kayaknya nggak bakal terulang lagi.

Setelah cukup lama berdiskusi, tanya jawab, dan tentu saja foto-foto ceria, kami diajak oleh Pak DJS turun ke lantai tempat gelagar jembatan berada. Tepatnya adalah lantai yang ada di bawah jalan raya persis. Kami kembali turun bergantian menggunakan lift. Tempat yang kami jelajahi selanjutnya adalah bagian dalam dari box girder jembatan. Ih to the wow sekali lah, bisa masuk di bagian bawah jalan. Yang terlihat saat itu adalah struktur baja yang berada di dalam box girder. Kami juga sempat mencoba kendaraan listrik di dalam box girder yang dapat dinaiki sampai ke ujung pilar jembatan satunya. Tentu saja ini dipakai untuk keperluan maintenance.









Setelah itu kami menaiki tangga dan keluar di lantai jalan raya untuk melihat bagian-bagian jalan dan struktur suspension yang terdapat di situ.


Jalur sepeda dan pejalan kaki yang menjadi khas dari  Shimanami Kaido. 

Hayoo, ada yang tau ini apa?




Setelah selesai, kami kembali turun dan kembali bergabung ke observatorium gate untuk berjumpa dengan kasta yang lain. Lalu, kami kembali naik bis untuk menuju tempat makan siang. Dan, tempat yang kami tuju adalaaaaah .... Kawara Museum!

Mas Andi bersama abege-abege tuwa di observatorium gate.

(bersambung di part II, yang gak tau kapan bakal dipost)...

NB: Dokumentasi oleh xperia mini saya, kamera dan hape Kak Alex, dan entah siapa lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest