Skip to main content

Fieldtrip to Imabari

Sea Hope
Hal yang sangat saya senangi saat mengikuti student exchange dahulu adalah, acara jalan-jalannya! Acara jalan-jalan berfaedah yang di arrange oleh pihak kampus Ehime.

Anw, kenapa sih saya harus menceritakan pengalaman saya ini di blog?

Saya sungguh berharap tulisan ini bisa tersimpan hingga bertahun-tahun mendatang. Semoga blog juga masih eksis hingga anak-anak saya besar nanti.

Bayangkan di tahun 2035, saat mereka baru masuk SMA atau SMP. Sebagai abege yang sedang dalam masa pencarian jati diri, mereka akan baca cerita emaknya yang pernah keluar negeri (yang cuma sebentar itu). Ya siapa tau, jadi ada motivasi yang muncul pada diri mereka untuk menatap masa depan, tsaah. Eh, atau malah jadi tahu kalau masa muda ibunya sungguh alay. Wkwk.

***
Kembali lagi ke cerita fieldtrip, dari beberapa fieldtrip yang terselenggara, tujuan kami pada fieldtrip pertama adalah Imabari, salah satu wilayah yang masih berada di Prefektur Ehime. Di Imabari sendiri, terdapat beberapa destinasi yang kami datangi saat itu. Rombongan kami pada hari itu berisikan mahasiswa indonesia (UGM-ITB), beberapa mahasiswa EU, dan sensei, yang diangkut dalam sebuah bis.

9 Oktober 2014

Imabari Shipbuilding



Picture of head office and Imabari Shipyard (source).
Lokasi pertama yang kami datangi adalah sebuah tempat pembuatan/konstruksi kapal (shipyard) yang dimiliki oleh The Imabari Shipbuilding Group. Yang saya ingat, kami menuruni jalan layang melingkar agar bisa sampai ke lokasinya. Company itu sendiri memiliki beberapa lokasi kantor dan pabrik, dan yang kami kunjungi saat itu merupakan lokasi dari Head Office dan Shipyard yang berada di Imabari.
Lokasi Imabari Shipyard (lingkaran kuning) dan Kota Matsuyama (lingkaran merah), atau bisa juga dilihat di sini.
Menurut info yang saya dapat dari buku profil yang dibagikan kepada kami, pabrik ini beroperasi untuk membuat berbagai macam kapal dengan ukuran menengah (mid-sized steel ships). Produk yang dihasilkan mulai dari container carrier 1700 TEU, hingga kapal kargo tipe bulk carrier sebesar 61.000 DWT. Sejenis kapal angkut yang gede-gede gitulah. Syukurlah, ternyata mata kuliah teknik pelabuhan sangat bermanfaat untuk memahami istilah-istilah tersebut, terharu. Penjelasan lain yang lebih lengkap dapat juga dibaca di official website atau pada gambar berikut (kalau keliatan).


Bukunya bagus, berbahasa inggris dan jepang.
Yang saya ingat saat berada di situ, kami juga dijelaskan tentang fasilitas dan alur pekerjaan yang ada pada shipyard. Mulai dari pabrik, mesin, hingga peralatan super besar yang digunakan (secara yang dibikin juga bukan kapal imut-imut). 
Ahjusi pekerjanya keliatan kecil banget dibandingkan dengan pelat kapal yang lagi disambung.

Crane yang super duper besar, dilengkapi dengan rel sehingga bisa bergeser, mungkin ada 5 atau 6 buah.










Mas Gustav dan jurus kameha meha.
Hal lain yang bisa dilihat di situ adalah dry dock yang saat itu sedang dipergunakan untuk membuat bagian bawah kapal. Dry dock yang berbentuk seperti kolam yang sebesar kolam olimpiade itu, nantinya akan diisi dengan air bila kapal sudah selesai dibuat. Setelah kapal dinyatakan lulus uji segala macam, baru deh kapal bisa dilarung ke laut. Iya, saya sulit menemukan kata yang pas untuk menggantikan kata 'dilarung'.


Kapalnya baru bagian bawah aja udah gede banget. Proses perakitan berada di dalam dry dock.

Jalan yang kami lewati tersebut adalah gate yang membatasi dry dock dengan perairan lepas.
Hal unik yang saya jumpai saat itu adalah, adanya sejenis upacara/ritual yang dilakukan di dalam proyek tersebut. Ya sepertinya sejenis di Indonesia gitu, macem selametan biar proyek mereka lancar nggak ada hambatan. 


Lokasi yang dipakai buat semacam ritual doa.

Head office yang berada di seberang jalan dari shipyard.

Jalan layang melingkar yang saya maksud tadi.
Lunch ala Piqnique

Setelah berpamitan dari Imabari shipyard, kami melanjutkan perjalanan untuk makan siang di 来島海峡展望館 (Kurushima Kaikyo Gate Observatory), iya itu tulisan hasil dari googling. Letaknya tidak jauh dari lokasi shipyard, sangat dekat malah. Hanya perlu menaiki jalan melingkar tadi, dan voila!, kami pun sampai dengan sangat cepat.


Lingkaran kuning adalah lokasi pos pengamatan yang menghadap ke Kurushima-Kaikyo Bridge, source.
Sebenarnya saya tidak tahu kalo tempat tersebut adalah tempat pengamatan untuk jembatan Kurushima-Kaikyo. Saya pikir, itu adalah sejenis rest area yang biasa dipakai cabe-cabean Jepang untuk nongkrong sore menikmati pemandangan si jembatan. Ohiya, penjelasan tentang jembatan tersebut nanti akan saya sampaikan di postingan tersendiri ya, karena salah satu fieldtrip kami nanti juga ke jembatan tersebut.



Pada area tersebut, terdapat halaman yang cukup luas di tepi tebing yang menghadap langsung ke jembatan. Saya lupa, tapi sepertinya terdapat teropong koin berbayar yang bisa dipakai untuk melihat ke arah jembatan. Eh, atau itu di tempat lain ya. Selain itu di bagian tengah, terdapat bangunan yang berisikan toilet dan juga toko yang menjual makanan dan cinderamata. Kebetulan di situ saya membeli sebuah boneka Bari-san dan juga sedikit oleh-oleh untuk teman-teman lab. Iya sedikit, karna uang saku terbatas, syad.


Si Bari-さん ngegendong kapal kargo.
Di situ, kami sholat di alam bebas dan dilanjutkan dengan makan siang. Makan siang kami saat itu adalah Bento yang disiapkan oleh pihak kampus. Itu adalah pertama kalinya saya makan bento porsi besar di Jepang. Komplit, dan yang tidak akan saya beli dengan uang sendiri. Menurut gosip yang beredar di kalangan terbatas (info dari anak jepang yang kami tanya), bento kami tersebut biasanya berharga sekitar 2000 hingga 3000 yen per-boxnya.


Makan lesehan sambil mendiskusikan cita rasa dari setiap isian bento.
Close up dari si bento. Kebanyakan lauknya ikan, dan buanyak. Jackpot adalah si tahu di pojok kanan. Kayak spon cuci piring yang digelonggong air.
Sayangnya saat itu langit di sekitar sana sedikit mendung. Foto-foto yang kami ambil jadi terlihat seperti latar di film bencana alam. Gelaps, kayak muka saya. Tapi tenang, di fieldtrip selanjutnya langitnya cerah kok.

Langitnya mendung.
Wanita UGM-EU-ITB, minus Dek Sita.

Kenapa, kenapa tangannya harus begitu :( (Dok. Mbak Rani)

Imabari Castle

Imabari Castle.
Setelah itu, fieldtrip selanjutnya adalah trip bersenang-senang. Kami diantarkan untuk menuju Imabari Castle. Yiha.


Lokasi dari Kastil Imabari,  source
Bila sebelumnya perjalanan kami adalah melewati daerah hutan, sawah, jalan raya, dan tepi laut, saat akan ke Imabari Castle kami mulai memasuki wilayah Kota Imabari. Seingat saya, kotanya juga mirip-mirip dengan Matsuyama. Banyak rumah, gedung, dan pertokoan.


Gerbang depan sebelum masuk ke halaman kastil.

Peta di halaman depan kastil.

Patung kuda di halaman depan kastil.
Saya lupa, berapa biaya untuk masuk ke kastil ini. Karena saat itu, sepertinya biaya masuk diurus oleh Sensei. Kami pun masuk ke bagian utama kastil. Ada beberapa lantai, dan disetiap lantainya terdapat barang-barang kuno peninggalan kastil, foto, dan penjelasan sejarah. Ya seperti layaknya museum-museum di Indonesia. Yang beda, saat masuk kami harus melepas sepatu dan menggunakan slipper yang disediakan.




Senseinya Mas Gustav dan Bang Kardo ikut berpose di depan fotografer junjungan, Mas Arde.
Bang Kardo dan Keisuke.
Singkat cerita, sampailah kami di lantai teratas dari kastil. Pada bagian tersebut terdapat balkon di keempat sisinya, sehingga kami bisa melihat jelas seluruh bagian kastil. Bahkan melihat seluruh Kota Imabari dari ketinggian.


Halaman kastil bila dilihat dari lantai paling atas.


Wilayah kastil dikelilingi oleh kolam.
Mas Andi alias Bapak Andi.

Mbak Himma, mbak yg baik nan sholehah dari Teknik Kimia.

Alhamdulillah ada juga yang foto saya walaupun candid, sepertinya dari kamera hape Mas Andi.
Dari atas terlihat bahwa kastil dikelilingi oleh kolam-kolam dan taman ala-ala jepang yang lucu dan bagus. Sepertinya kalau malam, tamannya bakal lebih syahdu mengharu biru dengan lampu-lampu yang menyala. Etapi agak serem sih kalo tiba tiba ada siluman ular putih yang muncul dari air. Hmmm, apasih Nan.

Setelah itu kami turun, dan berjalan-jalan di sekitar kastil. Ada sejenis kuil. Selayaknya turis, kami pun berfoto-foto sampai di suruh pulang oleh sensei.
Sebenernya saya lupa, ini ada di sebelah mana ya dulu.
Sebut saja kuil.
Mas Andi, terlihat sangat ingin mencelupkan kepala ke air suci kuil (Dok. Mbak Rani)
Astriana dan Koichiro di depan bangunan yang diduga adalah kuil (Dok. Mbak Rani)
Semacem gerbang buat masuk kuil, sepertinya dinamakan torii
Duh, Nozomi mah mau gimana juga tetep kawaii.
Bisa ditebak ini pada ngapain?

Benar sekali, mengantri buat foto, Mas Arde memang sabar ngeladenin banci foto macem kami (Dok. Mbak Rani)


Karena saya tidak bisa membaca kanjinya, ini juga saya anggap kuil (Dok. Mbak Rani)



Fieldtrip hari itu pun berakhir di situ, dan kami kembali pulang menuju kampus. Sampai jumpa di postingan yang lain. Semoga postingan kali ini bermanfaat bagi khalayak.

PS: Semua foto kecuali yang disebutkan sumbernya, adalah dokumentasi pribadi dari kamera saya.

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest