Honestly, I've already started to write this post since last year.
But, then, tadaaaa. Here it is, a story about Miyuki Dormitory.
Miyuki Dormitory was a place where I used to live for a month in
Matsuyama, Ehime Prefecture, Japan. I lived there with the other students from
Universitas Gadjah Mada (UGM). Fyi, you can also read some old
posts about student exchange experiences in here, here, and here. But I'm so sorry because I only
wrote the stories in Bahasa Indonesia.
Gambar saya ambil dari google maps, kecil yak. Lingkaran merah: Miyuki Dormitory. Lingkaran kuning: Ehime University (Kampus Johoku). |
Bukan foto punya saya, source. |
Ruangan selanjutnya adalah lobi tengah. Antara ruangan ini dengan lobi luar dibatasi oleh pintu kaca yang hanya bisa diakses dengan kartu. Kartu pun hanya dimiliki oleh penghuni asrama. Sementara kalau dari dalam, pintu akan otomatis terbuka saat ada yang mau lewat. Kalau lupa bawa kartu, bisa kok nebeng masuk bareng mas-mas Jepang ganteng yang juga tinggal di sini. Tungguin aja sampai ada yang lewat. Wkwkwk.
Begitu masuk ke lobi tengah, terdapat tangga menuju lantai dua. Di sisi kanan, terdapat beberapa vending machine minuman dan juga beberapa tempat sampah besar. Sementara di sisi kiri terdapat toilet kering yang dipakai secara bersama, dan juga ada semacam ruangan untuk meletakkan alat-alat kebersihan asrama.
Di ujung ruangan setelah tangga, terdapat pintu untuk masuk ke gedung asrama. Pitu tersebut saling berhadapan di sebelah kanan dan kiri. Pintu kanan adalah pintu menuju gedung C dan D, sementara yang kiri menuju gedung A dan B. Setahu saya, gedung C dan D dikhususkan untuk penghuni wanita saja. Sementara gedung A dan B kebayakan dihuni oleh mahasiswa dan beberapa mahasiswi exchange seperti saya.
Seperangkat map berisi tata tertib dan kartu pass dorm. Itu ada beberapa informasi juga nongol di amplop. |
Duh maaf, nggak ada foto yang lain di bagian vending machine nya. Semoga muka dan wajah tersamarkan. |
...
Bila menaiki tangga yang ada di lobi tengah tadi, kita akan menjumpai area yang bisa dipakai bersama oleh penghuni. Terdapat beberapa kelas/ruangan di kanan dan kiri yang bisa dipinjam, baik untuk belajar maupun acara lain. Bagian tengah lantai dua cukup luas, dan terdapat bangku-bangku panjang untuk duduk di tepiannya. Ruangan ini cukup terang karena didominasi jendela-jendela besar yang juga berfungsi sebagai pintu geser. Pada sisi depan terdapat balkon terbuka, yang di situ juga ditanami beberapa bunga-bunga kecil. Balkonnya lumayan luas sih, sampai bisa dipakai guling-guling, salto, senam zumba, atau bahkan sekedar godain mas-mas imut yang lewat di parkiran bawah. Dasar kemayu!
Penampakan balkon lantai 2 dan juga Qaqa Johan. |
Ruangan di lantai 2 bila dilihat dari arah balkon luar. |
...
Kembali lagi ke lantai satu, pintu geser untuk masuk ke arah gedung juga diamankan dengan kartu yang sama. Sehingga perlu tap tap dulu di sensornya untuk bisa masuk. Bagian setelah masuk pintu, adalah area gedung B. Jika ingin menuju ke gedung A, tinggal lurus saja ke arah luar dan masuk ke gedung selanjutnya.
Jalan berkanopi dari gedung B ke A. Kalau hujan suka kena tempias. Jadi harus lari cimit-cimit buat nyebrang. |
Sisi kanan Gedung A dilihat dari koridor diantara Gedung A dan B. |
Koridor di dalam gedung A. Lampu otomatisnya suka bikin kaget kalo nyala. Lorong ke kanan adalah jalan keluar ke Gedung B. |
Kunci untuk buka pintu kamar. Kalo pas kebelet trus salah pencet suka bikin kesyel. |
...
Menurut saya, ukuran kamar yang saya dapat ini hampir sama dengan kamar saya di rumah. Namun sangat ringkas dan komplit dengan fasilitas. Tipikal kamar di Jepang kurang lebih seperti ini, kecil namun ringkas, teratur, dan semua spacenya ada fungsinya.
Secara umum, fasilitas di dalam kamar sudah sangat lengkap. Sudah termasuk eksklusif kalo bagi saya mahasiswa biasa, yang bukan anak kosan. Terdapat peralatan untuk tidur, meja belajar, lemari dan rak-rak yang sangat banyak, dapur, dan kamar mandi.
Hal yang membahagiakan adalah, terdapat dapur mini. Sangat ringkas namun komplit di mata saya. Pada bagian tengah terdapat kompor listrik dan wastafel. Disediakan juga rak penyimpanan di bagian atas dan bawah. Tentu dapur ini dilengkapi sistem exhause dan juga beberapa lampu di atasnya.
Sementara itu, yang saya maksud dengan peralatan untuk tidur antara lain adalah ranjang dan juga si kasur pegas yang bisa dilipat. Kami juga diberi seperangkat futton, sprei, selimut tebal, dan bantal yang dilipat jadi satu.
Pada bagian kamar mandi, ada bathtub, shower, toilet duduk, wastafel dan cermin. Antara bagian bathtub dan toilet dibatasi dengan sebuah tirai plastik yang rada transparan lucu gitu. Toilet juga bukan yang otomatis, ada sentoran bilasnya kayak toilet biasa. Ada gantungan handuk yang sangat membantu, dan semua air yang tersedia bisa dipakai panas atau dingin macem di hotel.
Kamar ini juga dilengkapi dengan kulkas, AC, dan juga penghangat ruangan. Kulkas sangat membantu buat menyimpan bahan makanan, biar belanjanya nggak sering. AC lebih sering saya matikan, karena beberapa kali suhu di sana sangat dingin. Dan payahnya adalah, saya terlalu bodoh dan miskin inistiatif untuk sekedar tanya ke orang tentang cara pakai heater (yang semua tombolnya berbahasa Jepang) itu.
Hal yang membahagiakan adalah, terdapat dapur mini. Sangat ringkas namun komplit di mata saya. Pada bagian tengah terdapat kompor listrik dan wastafel. Disediakan juga rak penyimpanan di bagian atas dan bawah. Tentu dapur ini dilengkapi sistem exhause dan juga beberapa lampu di atasnya.
Dapur mini dengan barisan indomie dan kering kentang. Ma favourite corner ever. |
Kasur lipat yang dilengkapi dengan kerangka ranjang, em yang bisa dilipat juga. Di sebelah kanan kasur itu ada lemari sama laci-laci. |
Seperangkat futton yang dilipat rapi macem poni anak SD. |
Toilet yang imut nan komplit. |
Lemari es dan rak sudut bertingkat. Langsung terisi penuh oleh printilan bawaan saya. |
Sudut antara dapur, pintu kamar, dan meja belajar. Lantai depan pintu lebih rendah, sering bikin kesandung. Penampakan colokan di bawah meja belajar. |
Hal lain yang jadi perhatian saya adalah terdapat banyak laci, rak, maupun lemari-lemari kecil di kamar ini. Ya di atas kulkas, di bagian dapur, di atas meja belajar, di samping kasur, dan di sepanjang tembok atas mulai dari atas kasur- meja belajar-hingga melintang di langit-langit di tengah kamar. Bener-bener well organized, kamar impian para dewi lah pokoknya.
Penampakan rak-rak yang lumayan. Lumayan banyak, lumayan besar, dan lumayan tingginya. |
...
Salah satu fasilitas dorm yang bisa di pakai bersama adalah ruangan laundry. Yang saya tau, terdapat dua ruangan laundry di lantai satu, yakni di pojok kanan dan kiri. Ruangan tersebut berisi mesin cuci koin, keranjang-keranjang dan juga meja laundry. Untuk memanfaatkan mesin cuci, kami harus memasukkan sekian koin untuk mencuci maksimal sekian kg. Duh maap sekiannya berapa lupa, antara 300 ampe 600 yen kalo gasalah. Btw, deterjen yang dipakai harus bawa sendiri. Kecuali kamu nyucinya cuma modal doa.
Saya adalah yang termasuk sering memanfaatkan mesin cuci berbayar ini, walaupun hasil pengeringannya masih lembab. Kadang, saya dan beberapa teman yang lain juga memilih untuk mengucek manual di kamar mandi masing-masing. Demi menghemat recehan yen. Itu pun nunggu baju beberapa hari dulu biar sekalian banyak.
Gudang perkakas
Salah satu ruangan favorit saya adalah gudang perkakas. Terdapat sebuah ruangan harta karun bagi mahasiswa exchange kilat seperti kami, yang ingin menghemat pengeluaran perkakas. Barang yang ada di situ merupakan peninggalan dari penghuni lama, sebagian besar bahkan sepertinya masih baru alias belum pernah dipakai, masih ada tag harganya. Kami sebagai penghuni kamar dipersilakan untuk meminjam, dengan catatan nanti dikembalikan lagi di situ agar bisa dimanfaatkan juga oleh yang lain. Terdapat berbagai macam peralatan dapur seperti panci, teflon, ceret, sotil, pisau, talenan, piring, sendok, mangkok, hanger, ember dan segala rupa.
Parkiran
Dorm juga menyediakan lahan parkir buat sepeda kami. Dih tapi ya gitu, parkirnya suka awut-awutan. Salah-salah kalau nyenggol dikit bisa ambruk itu sepeda dari ujung ke ujung.Yang penting adalah jangan lupa untuk mengunci sepeda. Karena walau seaman apapun Jepang, sering kejadian sepeda hilang karena lupa ngunci. Kan sedih, udah cuma nyewa, hilang pula :(
Tempat parkir sepeda di halaman depan dormitory. |
Hal baru yang saya dapati di sini adalah bagaimana dorm mengelola sampah. Sejauh yang saya tau, yang mana tidak jauh-jauh amat (krik), setiap kota di Jepang memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan sampahnya. Bahkan sepertinya terdapat kementrian khusus yang mengatur sektor ini, karena Jepang sangat ketat dalam pengaturan masalah persampahan.
Saat sebelum kamar di bagi, pengelola gedung memberikan sekilas briefing kepada kami tentang jadwal dan pemilahan jenis-jenis sampah di dorm. Kami juga di beri brosur panduan yang sangat lengkap dan rinci tentang itu. Hal ini semakin membuat saya ter-huwow huwow dengan Jepang, dan merasa PR negeri kita dalam hal ini masih sangat banyak. Saya pribadi ingin sekali jutaan manusia di Indonesia, bisa seperti ini juga. Nah ini loh, tugas kita yang sudah tahu untuk menyebarluaskan informasi dan kebiasan positif seperti ini. Karena memang tidak ada yang instan dalam hidup ini, kecuali mie, dan teh celup, apalagi? Ha! Jepang saja sudah memulainya sejak puluhan tahun lalu loh hingga bisa seperti ini.
Panduan untuk urusan persampahan. Maaf ada hape nenek moyang ikut nampang di situ. |
Biaya Dorm
Ada peribahasa terkenal, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jadi berumah tangga. Eaaa.
Oke, maaf, sebenarnya itu nggak ada hubungannya.
Jadi, selama kami tinggal di Miyuki. Kami tidak tinggal secara gratis, melainkan tetap membayar biaya pakai dorm. Walaupun nantinya juga tetap nggak keluar uang sih, karena biayanya dipotongkan dari beasiswa JASSO yang kami dapat. Tapi kan tetep aja. Gak rela bang, gak rela. Tapi kemudian pasrah.
Seinget saya, saat itu biaya yang harus kami bayarkan per orang adalah 28.000 Yen something. Selain itu, kami juga membayarkan deposit sebesar 10.000 Yen. Tapi sayang deposit ini tidak kami dapat lagi, karena dipakai untuk menutup biaya listrik dan air rombongan kami yang katanya berlebih. Wkwkwk. Diem-diem boros.
...
Sekian saja cerita saya seputar Miyuki Dormitory. Info lain yang lebih lengkap dan valid seputar asrama ini juga bisa di baca di sini. Semoga postingan ini bermanfaat, ya walaupun cuma begini aja. Sampai jumpa di postingan selanjutnya, karena sebenarnya sudah ada rangkaian draft lain yang saya siapkan sejak tahun lalu. Tapi ya gitu, entah nggak tau saya lanjut lagi kapan karena masih belum konsisten menulis, padahal cuma semacam diary begini.
Au revoir!
ps: Selain yang ada sumbernya, semua foto adalah dokumentasi pribadi. Namun upload bulan ini tidak saya bookmark, ribets.
Dan selalu ada feeling yg menggelitik mengusik tiap liat bersihnya dan rapinya bangunan di sanaaaa >.<
ReplyDeleteSemoga ya mba diput, kita, atau anak kita, suatu hari nanti.. Tsaaaah!
Delete