Skip to main content

Miyuki Dormitory

Honestly, I've already started to write this post since last year. But, then, tadaaaa. Here it  is, a story about Miyuki Dormitory.

Miyuki Dormitory was a place where I used to live for a month in Matsuyama, Ehime Prefecture, Japan. I lived there with the other students from Universitas Gadjah Mada (UGM). Fyi, you can also read some old posts about student exchange experiences in herehere, and here. But I'm so sorry because I only wrote the stories in Bahasa Indonesia.
...

Gambar saya ambil dari google maps, kecil yak.
Lingkaran merah: Miyuki Dormitory. Lingkaran kuning: Ehime University (Kampus Johoku).
Gambar di atas menunjukkan lokasi dari Miyuki Dormitory, atau bisa juga dilihat langsung petanya di siniLokasi dormitory ini berjarak sekitar 10 menit dengan naik sepeda dari Kampus Ehime Johoku, iya Johoku, bukan jodohku, Ha! Sementara bila berjalan kaki, butuh waktu 15 hingga 20 menit untuk sampai. Fyi, kampus Ehime kalau tidak salah memiliki 3 lokasi, selain di Johoku, ada juga Tarumi dan Shigenobu. Seingat saya, Johoku ini adalah kampus utama yang berisikan Engineering Dept dan Science Dept, di sini pula 'kantor rektorat' dari EU berada. Kampus Tarumi berisikan Agriculture Dept, saya pernah main ke sini sekali. Kampus Shigenobu, yang paling jauh, adalah kampus untuk Medical Dept.
Bukan foto punya saya, source.
Setelah memasuki asrama dari pintu utama, yang pertama kali kita temui adalah bagian lobi luar. Di sini terdapat lemari loker dari setiap penghuni kamar. Ya baru di sini saya punya semacam loker sendiri untuk menerima surat atau pun pemberitahuan tentang paket barang dan lain-lain. Selain itu, di lobi luar ini, terdapat semacam ruangan di sebelah pojok kiri yang merupakan ruangan pengelola asrama. Di sebelah kanan lobi, terdapat kantin asrama yang cukup besar, yang selama saya tinggal di situ,  belum pernah saya masuki sekalipun. Hahaha. Maaf foto di bagian ini ternyata saya nggak punya.

Ruangan selanjutnya adalah lobi tengah. Antara ruangan ini dengan lobi luar dibatasi oleh pintu kaca yang hanya bisa diakses dengan kartu. Kartu pun hanya dimiliki oleh penghuni asrama. Sementara kalau dari dalam, pintu akan otomatis terbuka saat ada yang mau lewat. Kalau lupa bawa kartu, bisa kok nebeng masuk bareng mas-mas Jepang ganteng yang juga tinggal di sini. Tungguin aja sampai ada yang lewat. Wkwkwk.


Seperangkat map berisi tata tertib dan kartu pass dorm.
Itu ada beberapa informasi juga nongol di amplop.
Begitu masuk ke lobi tengah, terdapat tangga menuju lantai dua. Di sisi kanan, terdapat beberapa vending machine minuman dan juga beberapa tempat sampah besar. Sementara di sisi kiri terdapat toilet kering yang dipakai secara bersama, dan juga ada semacam ruangan untuk meletakkan alat-alat kebersihan asrama.
Duh maaf, nggak ada foto yang lain di bagian vending machine nya.
Semoga muka dan wajah tersamarkan.
Di ujung ruangan setelah tangga, terdapat pintu untuk masuk ke gedung asrama. Pitu tersebut saling berhadapan di sebelah kanan dan kiri. Pintu kanan adalah pintu menuju gedung C dan D, sementara yang kiri menuju gedung A dan B. Setahu saya, gedung C dan D dikhususkan untuk penghuni wanita saja. Sementara gedung A dan B kebayakan dihuni oleh mahasiswa dan beberapa mahasiswi exchange seperti saya.
...

Bila menaiki tangga yang ada di lobi tengah tadi, kita akan menjumpai area yang bisa dipakai bersama oleh penghuni. Terdapat beberapa kelas/ruangan di kanan dan kiri yang bisa dipinjam, baik untuk belajar maupun acara lain. Bagian tengah lantai dua cukup luas, dan terdapat bangku-bangku panjang untuk duduk di tepiannya. Ruangan ini cukup terang karena didominasi jendela-jendela besar yang juga berfungsi sebagai pintu geser. Pada sisi depan terdapat balkon terbuka, yang di situ juga ditanami beberapa bunga-bunga kecil. Balkonnya lumayan luas sih, sampai bisa dipakai guling-guling, salto, senam zumba, atau bahkan sekedar godain mas-mas imut yang lewat di parkiran bawah. Dasar kemayu!

Penampakan balkon lantai 2 dan juga Qaqa Johan.

Ruangan di lantai 2 bila dilihat dari arah balkon luar.
...

Kembali lagi ke lantai satu, pintu geser untuk masuk ke arah gedung juga diamankan dengan kartu yang sama. Sehingga perlu tap tap dulu di sensornya untuk bisa masuk. Bagian setelah masuk pintu, adalah area gedung B. Jika ingin menuju ke gedung A, tinggal lurus saja ke arah luar dan masuk ke gedung selanjutnya.
Jalan berkanopi dari gedung B ke A. Kalau hujan suka kena tempias.
Jadi harus lari cimit-cimit buat nyebrang. 
Sisi kanan Gedung A dilihat dari koridor diantara Gedung A dan B.
Setelah sampai di pintu masuk Gedung A, terdapat lorong untuk ke kanan dan ke kiri. Tipikal bentuk setiap gedung sepertinya sama, dengan lorong dan kamar-kamar di kedua sisinya. Untuk gedung A sepertinya terdapat 5 lantai, dan hanya tersedia tangga. Rombongan kami mendapat kamar di lantai 1 dan dua orang di lantai 2.

Koridor di dalam gedung A. Lampu otomatisnya suka bikin kaget kalo nyala.
Lorong ke kanan adalah jalan keluar ke Gedung B.
Kamar yang saya dapat adalah kamar A113, letaknya tepat di sebelah kiri pintu masuk gedung. Pintu kamar adalah pintu otomatis yang dibuka dengan kode di sebelah gagang pintunya.


Kunci untuk buka pintu kamar.
Kalo pas kebelet trus salah pencet suka bikin kesyel. 
...

Menurut saya, ukuran kamar yang saya dapat ini hampir sama dengan kamar saya di rumah. Namun sangat ringkas dan komplit dengan fasilitas. Tipikal kamar di Jepang kurang lebih seperti ini, kecil namun ringkas, teratur, dan semua spacenya ada fungsinya.

Secara umum, fasilitas di dalam kamar sudah sangat lengkap. Sudah termasuk eksklusif kalo bagi saya mahasiswa biasa, yang bukan anak kosan. Terdapat peralatan untuk tidur, meja belajar, lemari dan rak-rak yang sangat banyak, dapur, dan kamar mandi.

Hal yang membahagiakan adalah, terdapat dapur mini. Sangat ringkas namun komplit di mata saya. Pada bagian tengah terdapat kompor listrik dan wastafel. Disediakan juga rak penyimpanan di bagian atas dan bawah. Tentu dapur ini dilengkapi sistem exhause dan juga beberapa lampu di atasnya.


Dapur mini dengan barisan indomie dan kering kentang.
Ma favourite corner ever.
Sementara itu, yang saya maksud dengan peralatan untuk tidur antara lain adalah ranjang dan juga si kasur pegas yang bisa dilipat. Kami juga diberi seperangkat futton, sprei, selimut tebal, dan bantal yang dilipat jadi satu.

Kasur lipat yang dilengkapi dengan kerangka ranjang, em yang bisa dilipat juga.
Di sebelah kanan kasur itu ada lemari sama laci-laci.
Seperangkat futton yang dilipat rapi macem poni anak SD.
Pada bagian kamar mandi, ada bathtub, shower, toilet duduk, wastafel dan cermin. Antara bagian bathtub dan toilet dibatasi dengan sebuah tirai plastik yang rada transparan lucu gitu. Toilet juga bukan yang otomatis, ada sentoran bilasnya kayak toilet biasa. Ada gantungan handuk yang sangat membantu, dan semua air yang tersedia bisa dipakai panas atau dingin macem di hotel.


Toilet yang imut nan komplit.
Kamar ini juga dilengkapi dengan kulkas, AC, dan juga penghangat ruangan. Kulkas sangat membantu buat menyimpan bahan makanan, biar belanjanya nggak sering. AC lebih sering saya matikan, karena beberapa kali suhu di sana sangat dingin. Dan payahnya adalah, saya terlalu bodoh dan miskin inistiatif untuk sekedar tanya ke orang tentang cara pakai heater (yang semua tombolnya berbahasa Jepang) itu.

Lemari es dan rak sudut bertingkat.
Langsung terisi penuh oleh printilan bawaan saya.
Satu hal jadi catatan di Jepang adalah bentuk colokan listrik. Berbeda dengan di Indonesia yang colokannya dua dan bulat, di jepang jenis colokannya tiga dan gepeng. Saya sendiri sudah membawa terminal panjang isi colokan indonesia yang sudah disambung dengan colokan jepang.


Sudut antara dapur, pintu kamar, dan meja belajar.
Lantai depan pintu lebih rendah, sering bikin kesandung.

Penampakan colokan di bawah meja belajar.
Selain itu, terdapat pintu keluar ke arah balkon. Tapi berhubung kamar saya ada di lantai satu, bagian itu nampak seperti teras. Kecil sekali sih. Bagian ini bisa dimanfaatkan sebagai tempat jemuran baju, atau sekedar jemur perasaan dia ke kamu. Biar hangat. Gitu. Pintu ke arah teras ini bentuknya pintu geser dan dilengkapi pintu jaring kawat untuk menghindari serangga-serangga imut terbang ke dalam saat pintu kacanya dibuka.

Hal lain yang jadi perhatian saya adalah terdapat banyak laci, rak, maupun lemari-lemari kecil di kamar ini. Ya di atas kulkas, di bagian dapur, di atas meja belajar, di samping kasur, dan di sepanjang tembok atas mulai dari atas kasur- meja belajar-hingga melintang di langit-langit di tengah kamar. Bener-bener well organized, kamar impian para dewi lah pokoknya.

Penampakan rak-rak yang  lumayan.
Lumayan banyak, lumayan besar, dan lumayan tingginya.
...

Ruangan Laundry
Salah satu fasilitas dorm yang bisa di pakai bersama adalah ruangan laundry. Yang saya tau, terdapat dua ruangan laundry di lantai satu, yakni di pojok kanan dan kiri. Ruangan tersebut berisi mesin cuci koin, keranjang-keranjang dan juga meja laundry. Untuk memanfaatkan mesin cuci, kami harus memasukkan sekian koin untuk mencuci maksimal sekian kg. Duh maap sekiannya berapa lupa, antara 300 ampe 600 yen kalo gasalah. Btw, deterjen yang dipakai harus bawa sendiri. Kecuali kamu nyucinya cuma modal doa.

Saya adalah yang termasuk sering memanfaatkan mesin cuci berbayar ini, walaupun hasil pengeringannya masih lembab. Kadang, saya dan beberapa teman yang lain juga memilih untuk mengucek manual di kamar mandi masing-masing. Demi menghemat recehan yen. Itu pun nunggu baju beberapa hari dulu biar sekalian banyak.


Gudang perkakas
Salah satu ruangan favorit saya adalah gudang perkakas. Terdapat sebuah ruangan harta karun bagi mahasiswa exchange kilat seperti kami, yang ingin menghemat pengeluaran perkakas. Barang yang ada di situ merupakan peninggalan dari penghuni lama, sebagian besar bahkan sepertinya masih baru alias belum pernah dipakai, masih ada tag harganya. Kami sebagai penghuni kamar dipersilakan untuk meminjam, dengan catatan nanti dikembalikan lagi di situ agar bisa dimanfaatkan juga oleh yang lain. Terdapat berbagai macam peralatan dapur seperti panci, teflon, ceret, sotil, pisau, talenan, piring, sendok, mangkok, hanger, ember dan segala rupa.

Parkiran
Dorm juga menyediakan lahan parkir buat sepeda kami. Dih tapi ya gitu, parkirnya suka awut-awutan. Salah-salah kalau nyenggol dikit bisa ambruk itu sepeda dari ujung ke ujung.Yang penting adalah jangan lupa untuk mengunci sepeda. Karena walau seaman apapun Jepang, sering kejadian sepeda hilang karena lupa ngunci. Kan sedih, udah cuma nyewa, hilang pula :(

Tempat parkir sepeda di halaman depan dormitory.
Buang sampah di dorm
Hal baru yang saya dapati di sini adalah bagaimana dorm mengelola sampah. Sejauh yang saya tau, yang mana tidak jauh-jauh amat (krik), setiap kota di Jepang memiliki kebijakan sendiri dalam pengelolaan sampahnya. Bahkan sepertinya terdapat kementrian khusus yang mengatur sektor ini, karena Jepang sangat ketat dalam pengaturan masalah persampahan.

Saat sebelum kamar di bagi, pengelola gedung memberikan sekilas briefing kepada  kami tentang jadwal dan pemilahan jenis-jenis sampah di dorm. Kami juga di beri brosur panduan yang sangat lengkap dan rinci tentang itu. Hal ini semakin membuat saya ter-huwow huwow dengan Jepang, dan merasa PR negeri kita dalam hal ini masih sangat banyak. Saya pribadi ingin sekali jutaan manusia di Indonesia, bisa seperti ini juga. Nah ini loh, tugas kita yang sudah tahu untuk menyebarluaskan informasi dan kebiasan positif seperti ini. Karena memang tidak ada yang instan dalam hidup ini, kecuali mie, dan teh celup, apalagi? Ha! Jepang saja sudah memulainya sejak puluhan tahun lalu loh hingga bisa seperti ini.

Panduan untuk urusan persampahan.
Maaf ada hape nenek moyang ikut nampang di situ.
Ya baru di sini saya mau buang sampah aja dicuci dulu, dikeletek dulu, diliatin satu-satu, dipisah dalam beraneka ragam dan rupa, yang kadang kalo saya pusing, saya buangnya nunggu bareng Mbak Rani. Duh, tapi saya lupa ngambil gambar pos pembuangan sampahnya. Ada di samping parkiran depan asrama persis.

Biaya Dorm
Ada peribahasa terkenal, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak jadi berumah tangga. Eaaa.

Oke, maaf, sebenarnya itu nggak ada hubungannya.


Jadi, selama kami tinggal di Miyuki. Kami tidak tinggal secara gratis, melainkan tetap membayar biaya pakai dorm. Walaupun nantinya juga tetap nggak keluar uang sih, karena biayanya dipotongkan dari beasiswa JASSO yang kami dapat. Tapi kan tetep aja. Gak rela bang, gak rela. Tapi kemudian pasrah.


Seinget saya, saat itu biaya yang harus kami bayarkan per orang adalah 28.000 Yen something. Selain itu, kami juga membayarkan deposit sebesar 10.000 Yen. Tapi sayang deposit ini tidak kami dapat lagi, karena dipakai untuk menutup biaya listrik dan air rombongan kami yang katanya berlebih. Wkwkwk. Diem-diem boros.

...

Sekian saja cerita saya seputar Miyuki Dormitory. Info lain yang lebih lengkap dan valid seputar asrama ini juga bisa di baca di sini. Semoga postingan ini bermanfaat, ya walaupun cuma begini aja. Sampai jumpa di postingan selanjutnya, karena sebenarnya sudah ada rangkaian draft lain yang saya siapkan sejak tahun lalu. Tapi ya gitu, entah nggak tau saya lanjut lagi kapan karena masih belum konsisten menulis, padahal cuma semacam diary begini.


Au revoir!


ps: Selain yang ada sumbernya, semua foto adalah dokumentasi pribadi. Namun upload bulan ini tidak saya bookmark, ribets. 

Comments

  1. Dan selalu ada feeling yg menggelitik mengusik tiap liat bersihnya dan rapinya bangunan di sanaaaa >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ya mba diput, kita, atau anak kita, suatu hari nanti.. Tsaaaah!

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman Tes AcEPT UGM

1 Oktober 2016. Setelah pada postingan terdahulu saya mengulas pengalaman saat mengikuti Tes PAPs UGM, kali ini saya akan membagikan pengalaman saya saat mengikuti AcEPT. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak asing lagi dengan tes ini. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut ya.. Silakan baca juga: Pengalaman Tes PAPs UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta AcEPT AcEPT atau Academic English Proficiency Tes t merupakan tes kemampuan bahasa inggris yang diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UGM sebagai salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Saat yudisium pun hasil tes ini nanti diperlukan, emm, walaupun mungkin dengan TOEFL juga bisa. Mungkin. Serupa dengan Tes PAPs, saya juga sudah dua kali mengikuti tes ini. Apakah ini hanya suatu kebetulan sodara-sodara?

Pengalaman Tes PAPs UGM

1 Oktober 2016. Rektorat UGM selepas hujan gerimis. Bagi mahasiswa yang ingin, sedang, atau pernah melanjutkan pendidikan pascasarjananya di UGM mungkin sudah tidak akan asing lagi dengan tes PAPs dan AcEPT. Kali ini, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saat saya mengikuti kedua tes tersebut. FYI, di sini tidak akan ditemukan contoh soal maupun tips dan trik untuk lolos pada kedua tes tersebut yaa...  Silakan baca juga: Pengalaman Tes AcEPT UGM Pengalaman Tes Pro-TEFL UNY Pengalaman TOEFL PBT di IONs Yogyakarta Tes PAPs Tes PAPs atau Tes Potensi Akademik Pascasarjana merupakan salah satu syarat untuk pendaftaran kuliah pascasarjana di UGM. Selain dengan PAPs ini, sepertinya dapat digunakan juga sertifikat Tes Potensi Akademik (TPA) dari BAPPENAS. Tes PAPs yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UGM ini, nantinya juga dipakai untuk keperluan yudisium. Saya berkesempatan mengikuti tes ini dua kali, yakni pada tahun 2014 dan 2017. Rajin ya. Kekhilafan ya

Pengalaman TOEFL PBT di IONs

Trotoar di samping GSP. Penghujung bulan September, ditutup dengan sebuah tes yang saya daftar pada detik-detik terakhir penutupan registrasi. Sehari sebelum tes, tidak sengaja membaca info tentang promo TOEFL PBT, yang diselenggarakan oleh IONs bekerja sama dengan komunitas mahasiswa masukugm.  Tes tersebut ditawarkan dengan harga Rp100.000,00 (dari harga normal Rp150.000,00) dan sertifikat yang langsung jadi pada hari itu juga. Karena saya sedang membutuhkan sejenis TOEFL PBT dalam waktu singkat, saya pun mendaftar hari itu juga untuk kemudian tes pada esok siangnya. Apalagi dengan harga yang lebih miring dibanding biasanya. Beruntung masih ada slot kosong untuk saya. Jumat itu memang sedikit riweuh. Masih harus tutorial di kampus pada pagi hingga waktu dzuhur, dan beberapa perintilan untuk bertemu dosen. Entah mengapa tiba-tiba menjadi sok sibuk dalam sehari, padahal hari-hari sebelumnya gabut.  Oh lyfe . Btw, mengisi tutorial itu semacam, bolos kuliah pada satu semest