Selalu ada kali pertama untuk segala sesuatu.
Duh, google emang juara kalo dipakai buat nyari quote macam begini.
Duh, google emang juara kalo dipakai buat nyari quote macam begini.
Pertama kali bicara.
Pertama kali berjalan dan berlari.
Pertama kali naik sepeda.
Pertama kali (mengira) bisa pakai sumpit (dan ternyata caranya salah).
Pertama kali pakai jilbab buat keluar rumah.
Pertama kali pakai jilbab buat keluar rumah.
Pertama kali kuliah, ujian, lihat IP, dan kemudian pingsan.
Pertama kali bekerja, lalu menanti gajian.
Pertama kali hidup sendiri.
Pertama kali naik gunung agak tinggi (saya, saya!).
Pertama kali naik wahana nggak cupu di BNS, di saat temen-temen lain pada nggak mau (itu saya sama Dini).
Pertama kali meniqa.... Nah kalo ini sih emang pertama kali dan sekali aja yah sodara-sodara. Wkwkwk.
Mencoba mengingatkan diri saya dan khalayak ramai di luar sana. Bermimpilah yang tinggi. Jangan takut mencoba hal yang baru. Eh kecuali hati yang baru. Gak usah main-main. Ciaatt.
Dan kalau mimpi itu pada akhirnya bisa tercapai, jangan lupa bersyukur. Bisa jadi, semua itu itu bukan hanya karena usaha dan doa kamu semata. Kamu nggak tahu kan, gimana orangtuamu mendoakan kamu di selepas sholat beliau. Atau mungkin malah doa dari orang lain di luar sana. Saya sering merenung, Allah sangat pemurah memberi saya segala yang saya punya hingga saat ini, di tengah dosa saya yang semakin menggunung, atau mungkin perkataan dan sikap saya yang masih sering menyakiti orang lain tanpa saya tahu. Khan maen, renungan abis ramadan bisa begini.
Dan kalau mimpi itu pada akhirnya bisa tercapai, jangan lupa bersyukur. Bisa jadi, semua itu itu bukan hanya karena usaha dan doa kamu semata. Kamu nggak tahu kan, gimana orangtuamu mendoakan kamu di selepas sholat beliau. Atau mungkin malah doa dari orang lain di luar sana. Saya sering merenung, Allah sangat pemurah memberi saya segala yang saya punya hingga saat ini, di tengah dosa saya yang semakin menggunung, atau mungkin perkataan dan sikap saya yang masih sering menyakiti orang lain tanpa saya tahu. Khan maen, renungan abis ramadan bisa begini.
Iya, udah pertengahan tahun. Iya iya, usia sudah seperempat abad. Masih belum tau tahun ini bakal kemana aja, bakal jadi apa, setelah dua tahun belakangan biasa aja dan cenderung lari-lari di tempat. Iya, nggak kemana-mana tapi berasa capeque. Insya Allah, sabar, doa, dan usaha tetap jadi jurus ampuh. Iya, hidup emang bukan balapan, tapi tau kan Nan kalau target akhirat dan dunia itu ada?
Btw, saya abis lihat video-video melahirkan. Melahirkan yang di dalam air itu. Saya memperhatikan ekspresi dari si ibu. Yang ikut saya rasakan adalah diciptakan sebagai wanita itu sungguh luar biasa. Tangguh untuk bisa melawan kesakitan yang sangat, itu terlihat dari pandangan mata mereka yang lemes tapi tetap ngeden. Pun dengan tangisan bahagia begitu adek bayi berhasil keluar. Si melankolis ini jadi lebay ikutan nangis pas nonton. And then I realized, our mom is our true love, iya bapak juga, ih tapi tetep beda jenis cintanya, sok tau wkwk. Cinta bapak sama ibu buat anak-anaknya emang yang paling murni. Pantes bapak sama ibu kok ya masih sayang sama saya (they never said it directly, but we know it is there and always stay there), padahal anaknya suka ngeyel begini. Ternyata ngeluarinnya gak gampang cyin.
Kira-kira pengalaman pertama melahirkan besok gimana ya? Jadi orangtua yang bisa mengasuh dan mendidik itu seperti apa ya? Apalagi jadi ibu, yang katanya adalah madrasah pertama dan utama buat anak-anaknya. Ah besok anak saya harus saya ajarin analisis struktur dan hidrologi! Duh, jadi sadar penting ya untuk punya partner yang benar-benar bisa saling memahami dan belajar bersama. Oke, malam ini mendadak bijak gara-gara setoples nastar. Dududu.
...
Btw, saya abis lihat video-video melahirkan. Melahirkan yang di dalam air itu. Saya memperhatikan ekspresi dari si ibu. Yang ikut saya rasakan adalah diciptakan sebagai wanita itu sungguh luar biasa. Tangguh untuk bisa melawan kesakitan yang sangat, itu terlihat dari pandangan mata mereka yang lemes tapi tetap ngeden. Pun dengan tangisan bahagia begitu adek bayi berhasil keluar. Si melankolis ini jadi lebay ikutan nangis pas nonton. And then I realized, our mom is our true love, iya bapak juga, ih tapi tetep beda jenis cintanya, sok tau wkwk. Cinta bapak sama ibu buat anak-anaknya emang yang paling murni. Pantes bapak sama ibu kok ya masih sayang sama saya (they never said it directly, but we know it is there and always stay there), padahal anaknya suka ngeyel begini. Ternyata ngeluarinnya gak gampang cyin.
Kira-kira pengalaman pertama melahirkan besok gimana ya? Jadi orangtua yang bisa mengasuh dan mendidik itu seperti apa ya? Apalagi jadi ibu, yang katanya adalah madrasah pertama dan utama buat anak-anaknya. Ah besok anak saya harus saya ajarin analisis struktur dan hidrologi! Duh, jadi sadar penting ya untuk punya partner yang benar-benar bisa saling memahami dan belajar bersama. Oke, malam ini mendadak bijak gara-gara setoples nastar. Dududu.
Comments
Post a Comment